Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah yang diberikan kepada kita semua. Kehidupan mungkin tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan tapi patut kita nikmati. Senang sekali karena buku ini bisa selesai.
Angkul-angkul merupakan sebutan untuk pintu pagar di Bali. Tempat masuk menuju halaman rumah atau pun keluar menuju jalan, layaknya gerbang utama. Bentuknya pun beraneka ragam dan disesuaikan dengan keinginan atau kemampuan dari sang pemilik rumah. Ada yang besar, kecil, penuh dengan ukiran atau pun polos. Penyebutan nama-nama berbeda seperti kori, pamesuan, pamedal di beberapa tempat memang berbeda-beda. Di sini tidak akan dijelaskan secara mendetail bagaimana aturan-aturan dalam membuat angkul-angkul, melainkan hanya menampilkan beberapa contoh foto angkul-angkul tradisional Bali yang ada pada saat ini.
Dalam pembuatan angkul-angkul ini juga dilakukan dalam desawa ayu (hari baik) sehingga tidak terjadi masalah-masalah yang ditimbulkan baik secara alam nyata dan spiritual. Keyakinan orang Bali akan hal-hal yang tampak maupun tak terlihat masih sangat kuat. Hal-hal negatif yang sangat dihindari biasanya adalah permasalahan rumah tangga yang terjadi, sering adanya pertengkaran suami-istri, keluarga sering sakit-sakitan atau kecelakaan. Yang paling sederhana adalah penghuni rumah merasa sering tidak betah tinggal di rumah, pinginnya keluar terus untuk jalan-jalan. Yang ingin didapatkan yaitu kebalikanya, keharmonisan rumah tangga, suasana rumah terasa asri dan nyaman, seluruh keluarga berlimpah rejeki.
Berbeda dengan bangunan seperti pura, pintu pagar rumah dibuat hanya satu saja. Sedangkan pura biasanya dibuat tiga pintu, satu pintu utama dan dua lagi mengapit di sisi kanan dan kiri. Pintu utama (candi bentar/candi kurung) dibuat untuk keluar masuk lambang-lambang suci pura sedangkan pintu kiri kanan untuk umat. Walau setiap daerah tentunya memiliki kebiasaan dan aturan yang berbeda. Pintu pagar yang dibuat lebih dari satu diyakini akan membawa hal-hal yang bersifat negatif, seperti boros atau sering terjadi malapetaka. Walau dalam perkembanganya beberapa rumah terlihat memakai dua pintu pagar satu untuk jalan keluar masuk orang dan satunya untuk mobil.
Semoga foto-foto dapat dinikmati walau kadang ada pandangan yang berbeda dari masing-masing orang yang melihatnya!
Mohon maaf jika ada kesalahan yang tentunya tidak disengaja. Saran dan masukannya tentunya diharapkan demi perbaikan dikemudian hari. Terima kasih atas semuanya dalam pembuatan buku ini.
Foto dan tek oleh Nyoman Martawan